Cinta Tak Ada Mati (Eka Kurniawan) — Book Summary & Notes
Jauh di suatu tempat, barangkali di sebuah teratak di punggung bukit, seseorang meniup serunai demikian menyayat hati. Para lelembut ikut menyawang, mempertaruhkan akhir pertarungan, senyampang kedua pendekar mempersiapkan jurus andalan.
- Cinta Tak ada Mati (Eka Kurniawan)
⛰ Sekilas Tentang Buku Ini
Bagaimanapun juga kita mencintai seseorang, bukan berarti kita tidak mau mati karenanya. Entah itu untuk menyelamatkan diri dari cinta, ataupun meninggalkan dunia ini karena cinta. Kumpulan kisah yang mengerikan dan membawamu merasa bahwa tidak ada batasan di dunia ini. Semua kembali ke diri kita sendiri tentang solusi apa yang kita pilih demi cinta. Keesktreman yang terjadi di sekitarmu pun, mungkin saja ada kaitannya dengan cinta.
🔍 Bagaimana Saya Menemukan Buku Ini
Tahun lalu, abang saya membawa pulang banyak novel dan termasuk kumpulan cerpen ini. Semakin mendengar tentang Eka Kurniawan dan sudah membaca novel O dan kumpulan cerpen Corat Coret di Toilet, semakin penasaran pula diri ini. Pikir saya, buku ini membicarakan tentang romansa cinta dan kematian. Tapi ternyata tidak ada romansanya. Hati-hati ketika membaca buku ini, jika tidak biasa dengan hal yang ekstrem, bisa membuat Anda pusing sendiri karenanya.
🧠 Thoughts
Semua cerita di sini terlalu ekstrem. Perempuan yang sudah tidak ingin bersama dengan suaminya tapi malah membuat makanan yang perlahan membuat suaminya keracunan dan meninggal. Perempuan yang tidak ingin dijodohkan dengan seorang dukun dan memilih untuk membuat sang dukun marah dan ia menderita demi keluar dari pernikahan. Lelaki yang mencintai seorang perempuan hingga 60 tahun walaupun tidak mungkin mendapatkannya dan membalas dendam kepada suami sang perempuan itu dan memilih untuk mencari sisa sisa perempuan itu di tubuh sang suami. Dituduh membunuh, dipenjara, dan malah keluar dengan membunuh lagi karena cemburu. Ada pula cinta terhadap manusia yang mirip dengan dirinya sendiri. Pada akhirnya untuk membunuh bayangan, ia membunuh dirinya sendiri. Orang gila yang dicintai oleh masyarakat. Perselingkuhan yang terulang bergenerasi. Dan jangan lupa, cinta dengan tjandoe yang bisa menghilangkan rasa sakitmu.
Hanya saja, ada beberapa cerita yang tidak sepenuhnya berhubungan dengan cinta. Ada satu cerita tentang surau, tentang kecintaannya berada di surau demi kabur dari keluarganya dan memilih untuk di sana berlama-lama. Setelah bertahun2 kembali, ia pun berharap tuhan memaafkannya, bahwa ia sudah lupa bacaan salat.
Ada lagi tentang manusia yang nyaris sempurna karena keoptimisannya dan dibenci oleh Jin Berkepala Tujuh, memotong dan mengambil bagian-bagian tubuh yang tidak disukai mereka dari manusia itu karena iri dengki. Ketika tidak ada lagi manusia itu hidup, orang-orang tetap bisa melihat pakaian yang berjalan-jalan tanpa tubuh yang mengenakannya. Dan sang istri hanya berkata, “Ia masih hidup”. “Ia hanya kehilangan tubuhnya”.
Dua cerita lainnya ada yang menceritakan tentang binatang mistis dan sekedar makhluk halus yang berkemungkinan untuk membunuh manusia. Dari bajang yang membunuh para pos ronda hingga caronang (hewan yang menyerupai anjing tetapi bisa berdiri dengan kedua kaki dan menggunakan kaki depannya seperti tangan manusia) yang bisa belajar dan punya emosional seperti manusia.
Satu cerita tentang keekstreman mayat manusia yang dibunuh dan dibiarkan dijalanan hingga membusuk, hingga membuat satu kampung bau dan semua orang tetap merasa mereka saleh dengan hal itu. Ini bagian cerita yang saya tidak akan pernah ingin untuk membacanya kembali.
🥰 Siapa yang Akan Menyukai Buku Ini?
Penyuka sastra dan bukan yang ingin membaca roman picisan. Lebih baik membaca buku ini jika memang sudah tahu tipe penulisan Eka Kurniawan yang ekstrem dan cerita yang memutar otakmu akan kenyataan yang mungkin jarang kamu temui sehari-hari.